MEMAKNAI HARI KELAHIRAN PEMIMPIN UMAT ISLAM


Di sebuah acara walimah pernikahan, seorang anak terlihat asyik mendengarkan lagu yang diputar. Saking asyiknya sang anak tersebut turut bernyanyi seirama lantunan lagu sambil mengangguk anggukkan kepalanya:
“Engkau mengenalnya! Insan yang utama, Siapakah kiranya? Lelaki pilihan menjadi utusan”
Apakah anda mengenali lirik lagu di atas?Ya, tak salah lagi, lagu tersebut adalah salah satu lagu penyanyi kondang Haddad Alwi feat Duta Sheila on 7. Siapapun anda jika mengaku muslim pasti mengenal sosok fenomenal bernama Muhammad Saw. yang telah mengubah jalan hidup milyaran umat manusia. Sukses di jalan dakwah, keluarga, maupun di pemerintahan, tak mengherankan jika Michael H. Hart menempatkan beliau pada urutan teratas dari seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia.
Sejarah mencatat hari paling bersejarah di dunia. Tatkala seorang utusan akhir zaman lahir untuk mendengungkan kebenaran, memecah kebodohan,dan mendobrak ketidakadilan. Memasuki hari ke-12 bulan Rabi’ul Awwal tahun gajah, Muhammad terlahir dari kabilah Arab ternama kala itu, yaitu kabilah Quraisy yang teramat disegani oleh kabilah -kabilah lainnya, terlahir di hari yang dimana raja Abrahah datang dengan pasukan bergajah guna meruntuhkan ka’bah.
Saat ini umat Islam se-dunia, tengah memperingati hari dimana baginda kita Muhammad SAW dilahirkan. Acara berbasis keislaman dan ubudiyah digelar di seantero negeri, baik di surau-surau pojok desa, mesjid-mesjid kota, bahkan pengajian akbar sekaliber nasional. Dengan peringatan ini, diharapkan kita dapat menghayati beratnya perjuangan beliau dalam menyebarkan syariat Islam sehingga tumbuh rasa cinta kita terhadap beliau.
Mengenai keistimewaan kelahiran Rasulullah Saw, Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya bahwa pada setiap hari Senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu disebabkan kegembiraannya menyambut kelahiran Rasulullah Saw sampai-sampai dia mengharuskan dirinya untuk memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibatul Al-Aslamiyah. Jikalau saja seorang Abu Lahab yang sudah jelas-jelas dikutuk di dalam Al Qur’an diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan kita selaku umat Islam?
Jika ditilik melalui kacamata sejarah, peringatan Maulid Nabi pertama kali diadakan pada zaman dinasti Fatimiah oleh Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. - w.630 H.), seorang gubernur Irbil, di Irak. Pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193), tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid ini. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan umat kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin yang sedang terlibat dalam Perang Salib memperebutkan kota Yerusalem.
Dalam perayaan tersebut, para pujangga berlomba-lomba menggubah syair dan karya sastra yang mengisahkan kelahiran Rasulullah Saw. untuk menyalakan semangat juang. Salah satu karya sastra fenomenal yang muncul pada abad tersebut adalah karya Syeikh Al-Barzanji yang menampilkan riwayat kelahiran Nabi SAW dalam bentuk natsr (prosa) dan nazham (puisi). Saking populernya, torehan tinta syeikh Barzanji masih sering dilantunkan dan dibaca bersama-sama dalam acara peringatan maulid Nabi kita SAW
Namun sungguh miris jika kita menelisik potret sebagian dari saudara kita yang masih terkontaminasi perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat dalam memaknai hari bersejarah umat Islam sedunia ini. Marilah sejenak kita tengok saudara kita di Banten, ribuan orang mendatangi kompleks Masjid Agung Banten yang terletak 10 km arah utara pusat Kota Serang. Mereka berziarah ke makam para sultan secara bergiliran, salah satunya makam Sultan Hasanuddin. Sebagian di pengunjung berendam di kolam masjid, konon supaya mendapat berkah. Bahkan ada di antara mereka yang sengaja mengambil air kolam tersebut untuk dibawa pulang sebagai obat. Di Cirebon, pada tanggal 11-12 Rabiul Awal banyak orang Islam datang ke makam Sunan Gunung Jati, salah seorang anggota wali songo, penyebar agama Islam di kawasan Jawa Barat dan Banten. Biasanya di Keraton Kasepuhan diselenggarakan upacara Panjang Jimat, yakni memandikan pusaka-pusaka keraton peninggalan Sunan Gunung Jati. Banyak orang berebut untuk memperoleh air bekas cucian tersebut, karena dipercaya akan membawa keberuntungan.
Berziarah ke makam para wali memang tidak dilarang, namun yang sangat disayangkan adalah meminta sesuatu bukan kepada Allah dan menganggap suatu benda tak bernyawa (semisal air kolam dan air bekas cucian benda pusaka) sebagai sumber keberkahan. Fakta-fakta di atas jelas menggambarkan bahwa keimanan kita kepada sang pencipta Allah SWT perlu dibenahi, tentang tipisnya pondasi asasi keislaman, tentang mudahnya saudara kita terjebak dalam jurang kesyirikan. Semoga Allah SWT senantiasa memelihara akidah dan menetapkan pijakan tapak langkah kaki kita ke depan guna menggapai ridha-Nya, amîn yâ rabba'l ‘âlamîn.
Berpatok dari ketiadaan Ayat Al Qur’an dan Hadits Nabi yang memerintahkan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, kaum Wahabi dan Salafi mengklaim bahwa peringatan Maulid Nabi termasuk bid’ah yang haram diadakan, namun Abu Shamah (guru Imam Nawawi) berkata: ”Termasuk hal baru yang baik dilakukan pada zaman ini adalah apa yang dilakukan tiap tahun bertepatan pada hari kelahiran Rasulullah SAW, dengan memberikan sedekah dan kebaikan, menunjukkan rasa gembira dan bahagia, menyantuni fakir miskin. Sesungguhnya itu semua adalah tanda kecintaan kepada Rasulullah SAW dan penghormatan kepada beliau, begitu juga merupakan bentuk syukur kepada Allah atas diutusnya Rasulullah SAW kepada seluruh alam semesta”
Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) ada dua macam: Pertama adalah yang bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, perilaku para sahabat nabi, dan kesepakatan ulama, maka sesuatu tersebut termasuk bid’ah yang sesat. Adapun sesuatu yang diada-adakan adalah sesuatu yang baik dan tidak menyalahi ketentuan (al Qur’an, Hadits, prilaku sahabat atau Ijma’) maka sesuatu itu tidak tercela (baik). (Fathul Bari, juz XVII: 10)
Semoga dengan diperingatinya hari kelahiran pemimpin umat Islam ini kita mampu melihat sejarah dari awal mula disebarkannya syariat Islam serta dapat mengambil hikmah. Hingga pada akhirnya, kecintaan kita terhadap utusan akhir zaman yang amat sangat kita harapkan syafaatnya di hari kiamat kelak, dan pada akhirnya Allah SWT menempatkan kita pada deretan orang orang beriman di padang mahsyar, amîn yâ rabba'l ‘âlamîn.

*Diterbitkan di Lembar Jum'at DIMENSI yang terbit di Indonesia Edisi 1, Jum'at 3 Maret 2008

Friday, March 21, 2008