FILOSOFI RANTING (Sebuah Perenungan Intrapersonal)



Qiila fil mahfuudzoot:

Innal ghushuuna idzaa qowwamtaha I”tadalat Falaa yaliinu idzaa qowwamtahu lkhosyabu (tulis pake arab) (sesungguhnya ranting muda amatlah mudah bagi kamu untuk meluruskannya, akan tetapi tidaklah demikian jika dia telah tumbuh menjadi kayu)

Setiap insan yang terlahir kedalam alam yang penuh dengan karya seni terindah ini akan mengalami beberapa fase / tingkatan dalam kehidupannya. Dimana setiap fase ini berbeda antara kebutuhan, perkembangan psikologi, dan tingkatan nalar setiap individu, sebagai contoh seorang anak TK berusia 5 tahun lebih banyak menghabiskan masa hidup di fasenya untuk bermain main, karena memang perkembangan jiwa manusia diusia bangku kanak kanak lebih tercondong kepada permainan, justru jika kebutuhan permainan anak TK ini tidak terpenuhi akan terjadi kelainan terhadap perkembangan psikologiosnya dimasa datang.

Nah sekarang marilah kita merujuk diri kita sendiri, diri kita yang notabene adalah seorang mahasiswa. Dalam ilmu psikologi kita sekarang bertengger pada posisi daurussyabaab tepatnya pada usia 18-25 tahun. Yang merupakan kelanjutan dari daurul muroohaqoh. Suatu fase dimana nalar kita lebih mengedepankan perasaan asli keremajaan daripada akal dan hati nurani dalam bertindak, lebih banyak tercondong kepada perbuatan perbuatan yang menyenangkan dengan mininmnya perhatian akan akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Alakullihaal ana afroh. Karena memang jiwa psikologis manusia pada fase ini adalah “kebebasan” (bebas dalam tanda kutip) dan akan memberontak jika tertekan!

Mafhuum muwafaqoh dari mahfudzot diatas sangatlah luas dan setiap individu yang menafsirkannya akan berbeda persepsi dalam penjabaran, namun takakan terlepas dari inti yang terkandung dalam makna harfiyahnya. Jika kita menyadari bahwa fase perkembangan kita saat ini berada dalam masa penentuan pijakan pertama masa depan yang akan kita jalani, suatu masa dimana jika kita dibelokkan pada lajur kiri maka selamanya kita akan melaju pada jalur kiri dalam kehidupan kita begitu pula sebaliknya, masa dimana pencarian jati diri masih terpendam sebagai suatu misteri yang belum terpecahkan bagi sebagian kita. Demikian pula dinamika kehidupan di negeri fuul dan to’miyyah ini tak terlepas dari hal hal yang akan mengarahkan akan kemanakah kita memposisikan diri kita dalam kehidupan mendatang?

Banyaknya kegiatan kegiatan yang manjadi basis kompetensi remaja dalam memenuhi kebutuhan psikologios difasenya yang bertemakan “kebebesan”bertebaran di bumi seribu menara ini, mulai internet yang murah meriah, game computer yang menjamur dan mudah sekali bajakannya didapat. Apalagi system kuliah azhar yang tidak mensyaratkan mahasiswanya untuk selalu hadir kuliah, yang penting bisa menjawab soal soal ujian, selesai masalah! Semua hal hal diatas sanagatlah bersahabat oleh sifat keremajaan kita yang bertemakan “kebebasan” (bebas dalam tanda kutip), ditambah lagi jauhnya jangkauan pengawasan orangtua. Menjadikan sebagian dari kita terlena dan lalai akan “kebebasan dan kesenangan” diatas, hal hal yang memang jiwa kita haus terhadapnya! Namun akankah hal tersebut menjadi pembunuh kita?

Sekarang marilah kita cermati diri kita sendiri, jikalau dalam fase daurussyabaab penentuan pijakan awal masadepan ini, kita memposisikan diri kita dalam berbagai ilmu pengetahuan formal maupun nonformal, tekhnis maupun akademis, ilmu social tentang bagaimana cara berinteraksi terhadap masyarakat yang akan menjadi bekal sepulang kita ketanah air serta beragam lagi ilmu pengetahuan yang anda rasa selaras akan kebutuhan anda, dimanakah lajur masadepan yang kita akan berjalan diatasnya berada? demikian pula sebaliknya kemankah masa depan kita berposisi jika kita lalai oleh berbagai kesenangan dan “kebebasan” disini? Kami rasa anda lebih tahu akan jawabannya.!!! Dengan tidak melupakan posisi kita saat ini sebagai ranting muda yang siap melengkung kearah manapun tergantung apa yang akan mengarahkan kita dalam fase ini, yang kemudian kita tumbuh menjadi kayu yang tidak bisa dilengkungkan lagi jika telah lurus, ataupun kayu melengkung yang tidak mudah diluruskan lagi.

Sangatlah beragam persepsi tiap individu dalam menilai negri kinanah ini menurut kacamata pengamatannya sendiri, seorang pemerhati lingkungan akan menilai negri ini sebagai negri yang kotor, jika anda seorang polisi lalulintas, anda akan menilai bahwa negri ini penuh dengan ketidakteraturan dalam berlalulintas. seorang sejarahwan akan berpendapat bahwa negri ini adalah pusat peradaban dunia, seorang penuntut ilmu akan menilai bahwa negri ini sebagai sumber khazanah ilmu pengetahuan islam yang dimana para ilmuawan dalam bidang agama “terlahir dari sini” namun kami berpendapat bahwa posisi kita saat ini berada dalam golongan keempat, yaitu golongan penunut ilmu bagaimanakah pandangan kita terhadap mesir? akankah kita menjadi ayam yang mati kelaparan dalam lumbung padi? Anda lebih tahu akan diri anda dan andapun jauh lebih mengetahui tentang hal hal yang selaras akan kebutuhan anda dalam mengarungi kehidupan yang lebih baik! Mengapa anda hidup? Dan untuk apa? Apakah orientasi kehidupan anda? Mengapa demikian?

Mereka yang mendedikasikan hidup untuk tidur, ngenet, ngegame, serta mencermati ruang lingkup kehidupan dari kacamata individu masing masing, maka lahirlah dari sini jiwa jiwa generasi yang terbunuh oleh waktu, keadaan, dan rutinitas ambigu yang bermuara pada multi sorrowness

Selamat berjuang sobat!! , karena nikmatnya perjuangan dalam meraih apa yang kita cita citakan jauh lebih indah daripada menikmati hasil itu sendiri dari apa yang telah kita perjuangkan!

Allahummajaliddunyaa fii yadinaa walaa tajalhaa fi quluubinaa!!!! Amiiin ya robbal aalamiiin

*Mahasiswa the faculty of Islamic jurisprudence and law . Al Azhar University, Cairo, Egypt

Dimuat di buletin perdana ISBAT yang terbit bersamaan dengan Acara Silaturrahim Isbat

Tuesday, February 26, 2008

Urgensi Sebuah Angkatan, Versus Tuntutan Prestasi Perkuliahan


Tazkia fi nailil fauz (tanafuz) inilah nama yang terlahir dari perkumpulan intern pengurus tanafuz pasca perdebatan alot antara kubu banin yang mengusulkan tazkia sebagai nama marhalah, versus kubu banat yang membela habis habisan nama nel fauz sabagai gaung utama sebutan angkatan kedatangan 2006 IKPM. Maka lahirlah tanafuz yang notabene adalah anak dari bapak tazkia dan ibu nel fauz yang sekarang dijunjung tinggi sebagai sebutan angkatan baru kedatangan IKPM 2006.

Secara terminologi bahasa, tazkia fi nailil fauz membawa misi moral dan tanggung jawab besar dalam mengemban, membawahi, serta mengayomi ke 138 anggotanya, pensucian diri guna menggapai kemenangan inilah yang menjadi pegangan tiap individu, anggota tanafuz untuk mempertahankan tanafuz berkibar dan membumbung tinggi diatas dan untuk semua golongan serta berperan sebagai berlian diatas batu batu, mensucikan diri dan kemudian meraih kemenangan, kemenagnan dalam hal apapun, , kemengan dalam menggapai prestasi maksimal di perkuliahan, kemengan dalam berorganisasi, serta kemenangan dalam pengontrolan diri agar tidak terlena oleh waktu dan keadaan serta rutinitas yang tidak jelas.

Paling tidak, untuk saat ini anggota tanafuz bisa sedikit berbangga karena kemenangan dalam berorganisasi telah berada dalam genggaman kita, kita lihat mayoritas anggota kita tersebar diseluruh pelosok sudut organisasi cairo, dan bahkan sebagian dari kita memegang element penting dari organisasi organisasi tersebut, suatu prestasi yang patut kita syukuri dan patut kita banggakan,.

Namun dibalik kemenangan berorganisasi tersebut diatas tersimpan pula misi tanafuz yang hasilnya baru akan nampak dipertengahan musim panas tahun ini, saat itulah akan terlihat apakah kemenangan demi kemenagan dimusim dingin dan musim semi yang telah berada dalam genggaman tanafuz mencapai kesempurnaannya oleh kemenangan dimusim panas kelak, atau malah sebaliknya, kemenangan kemenangan tersebut akan terhapus oleh kekalahan dimusim panas?? Naudzuubillahii min dzaalik.

Yup benar sekali hal tersebut adalah prestasi perkuliahan dari tiap individu anggota tanafuz, dan tidak dapat dipungkiri pula bahwa prestasi dalam kuliahlah yang akan menjadi patokan berprastasi tidaknya seorang mahasiswa, karena memang the main destination/ al hadaf al aqhsho/ tujuan utama kita datang ke negri seribu menara ini guna pengembaraan dalam menuntut ilmu, akankah kita pulang ke tanah air dengan seonggok harapan besar dan keilmuan yang memadai guna memajukan dan membangun negara kita tercinta atau malah sebaliknya? Pulang dengan berjuta penyesalan dan kekecewaan? Masih terngiang dalam telinga kita ketika ormaba ustadzah muzayyanah menyuarakan: “tempat terhormat di masyarakat hanyalah untuk mereka yang berhasil dan berprestasi, bukan untuk mereka yang gagal”

Musim panas diambang pintu dan waktupun terus berlari mendekati ujian, akankah musim panas kelak menjadi penyempurna kemenangan kemengan tanafuz atau malah menghancurkan dan memupuskan, serta memadamkan misi, visi, serta cita cita tanafuz? Kita tunggu sama sama jawabannya dimusim panas kelak, dengan tidak melupakan bahwa kita sendirilah yang menjadi dalang utama dibalik ini semua! Kesuksesan sebuah angkatan merupakan akumulasi kesuksesan tiap individu anggotanya!

dimuat di buletin Cakrawala Edisi Perdana, Maret 2006